Setiap orang memiliki alasan masing-masing dalam menjalani hidupnya, termasuk dalam hal pekerjaan. Tidak semua orang bisa memilih pekerjaan impiannya, terutama ketika hidup penuh dengan keterbatasan. Dalam sebuah video yang jujur dan menyentuh, seorang wanita berbagi kisah tentang bagaimana dirinya menjadi seorang SPG plus-plus, serta tantangan yang dia hadapi di sepanjang jalan.
Dari awalnya hanya sebagai pilihan sementara hingga akhirnya terjebak dalam situasi yang sulit, wanita ini dengan berani menceritakan pengalaman hidupnya. Dia juga berbicara tentang tantangan besar seperti pelecehan, diskriminasi, dan tekanan sosial yang kerap dia hadapi. Meskipun jalan hidupnya tidak mudah, dia tetap berharap bisa keluar dari situasi ini suatu hari nanti.
Awal Mula Menjadi SPG Plus-Plus
Wanita ini memulai ceritanya dengan latar belakang mengapa dia terjun ke dunia SPG plus-plus. Kisah Seorang SPG Plus Plus atau Sales Promotion Girl memang bukan pekerjaan yang asing di masyarakat kita. Banyak wanita muda yang bekerja sebagai SPG, terutama untuk berbagai acara promosi dan produk. Namun, dalam kasus ini, ada embel-embel “plus-plus” yang merujuk pada layanan tambahan yang melibatkan hubungan intim dengan klien.
“Aku masuk ke dunia ini karena butuh uang. Waktu itu aku bener-bener nggak punya pilihan lain,” ungkapnya di awal percakapan. Dia bercerita bahwa pendidikan formalnya tidak tinggi, sehingga sulit bagi dia untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil dengan gaji yang cukup. Pilihan karier yang terbatas dan tuntutan hidup membuatnya memutuskan untuk menjadi SPG plus-plus.
Pada awalnya, dia berpikir bahwa pekerjaan ini hanya akan menjadi solusi sementara untuk masalah keuangannya. Dia berharap bisa segera mencari pekerjaan lain setelah berhasil mengumpulkan cukup uang. Namun, kenyataannya berbeda. “Aku pikir ini cuma sementara, tapi ternyata nggak semudah itu buat keluar. Aku terjebak di sini karena nggak ada pilihan lain,” katanya dengan nada pasrah.
Apa yang Dilakukan sebagai SPG Plus-Plus
Sebagai SPG plus-plus, wanita ini tidak hanya mempromosikan produk seperti layaknya SPG biasa. Ada layanan tambahan yang harus dia lakukan, sesuatu yang melampaui peran SPG pada umumnya. Dia bercerita bahwa sebagian besar dari pekerjaannya adalah melayani klien dengan cara yang intim, di mana dia harus memenuhi permintaan klien yang seringkali tidak hanya sebatas promosi produk.
“Sebagian dari pekerjaanku sama kayak SPG pada umumnya. Kita harus tampil cantik, menarik perhatian, dan meyakinkan orang buat beli produk. Tapi, bagian plus-plusnya itu yang beda. Ada klien yang minta layanan lebih dari sekadar promosi,” ungkapnya dengan jujur.
Wanita ini mengakui bahwa pada awalnya, pekerjaan ini terasa sangat berat. Dia tidak pernah membayangkan dirinya akan berada dalam posisi ini, apalagi harus menghadapi berbagai tuntutan dari klien yang kerap kali tidak menghormati batasan-batasannya. Namun, karena kebutuhan uang, dia terpaksa menjalani semuanya.
Pelecehan dan Diskriminasi
Menjadi SPG plus-plus bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain harus tampil menarik dan menjaga sikap profesional, wanita ini sering kali dihadapkan pada pelecehan dan diskriminasi, baik dari klien maupun orang-orang di sekitarnya. “Pelecehan itu udah kayak makanan sehari-hari. Dari klien yang nggak sopan sampai orang-orang yang nganggep kita sebelah mata,” katanya sambil menghela napas panjang.
Dia bercerita bahwa tidak semua klien memperlakukannya dengan hormat. Beberapa dari mereka sering kali bersikap merendahkan, menganggap bahwa pekerjaan yang dia lakukan membuatnya layak diperlakukan dengan tidak hormat. “Ada banyak yang berpikir kalau kita SPG plus-plus, berarti kita nggak punya harga diri. Padahal, kita juga manusia yang punya perasaan,” ujarnya dengan nada sedih.
Selain pelecehan dari klien, diskriminasi dari masyarakat juga menjadi bagian dari tantangan yang dia hadapi. Banyak orang yang memandang rendah pekerjaannya, bahkan tidak jarang dia mendapatkan komentar negatif dari orang-orang yang mengenalnya. “Orang sering banget ngomong di belakang aku. Nganggep aku rendah cuma karena pekerjaan ini,” tambahnya.
Terjebak di Pekerjaan yang Sulit Ditinggalkan
Salah satu hal yang paling sulit bagi wanita ini adalah bagaimana dia merasa terjebak dalam pekerjaan tersebut. Seiring waktu, semakin sulit baginya untuk keluar dari dunia SPG plus-plus. “Setiap kali aku coba cari pekerjaan lain, selalu mentok. Entah gajinya nggak cukup, atau nggak ada yang mau nerima aku karena latar belakangku,” katanya.
Dia juga merasa bahwa stigma dari pekerjaannya membuatnya semakin sulit untuk beralih ke pekerjaan lain. “Orang-orang yang tahu latar belakangku sering kali nggak kasih aku kesempatan. Mereka udah keburu nge-judge,” katanya dengan getir. Akibatnya, meskipun dia ingin keluar dari dunia ini, dia merasa tidak memiliki cukup opsi untuk melanjutkan hidupnya di tempat lain.
Selain itu, tekanan finansial juga membuatnya sulit untuk berhenti. Pekerjaan ini memberikan penghasilan yang lebih besar dibandingkan pekerjaan lain yang bisa dia dapatkan, meskipun di sisi lain, harga yang harus dia bayar sangat tinggi secara mental dan emosional. “Aku butuh uang, tapi aku juga capek secara mental. Ini kayak lingkaran setan yang susah banget buat diputus,” tambahnya.
Perasaan dan Beban Emosional
Wanita ini juga berbicara tentang bagaimana pekerjaan ini mempengaruhi perasaannya. Dia sering merasa tertekan, sedih, dan terkadang merasa tidak berharga. “Kadang aku ngerasa nggak punya harga diri lagi. Seperti, aku nggak pantas dihargai cuma karena pekerjaan yang aku lakukan,” ungkapnya dengan suara pelan.
Namun, meskipun dia sering merasa down, dia berusaha untuk tetap kuat. Dia sadar bahwa hidupnya tidak selalu akan seperti ini, dan dia berharap suatu hari bisa menemukan jalan keluar dari situasi ini. “Aku tahu ini berat, tapi aku masih berharap suatu hari bisa keluar dari sini. Aku nggak mau selamanya kayak gini,” tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa dukungan dari teman-teman terdekat sangat membantu. Meskipun tidak semua orang di sekitarnya memahami apa yang dia hadapi, ada beberapa teman yang selalu ada untuk mendengarkannya dan memberikan semangat. “Temen-temenku yang dekat selalu kasih aku dukungan. Mereka nggak nge-judge dan selalu ada buat dengerin cerita-cerita aku,” katanya dengan senyum kecil.
Harapan untuk Masa Depan
Di akhir percakapannya, wanita ini berbagi tentang harapan dan impiannya untuk masa depan. Meskipun jalan yang dia tempuh saat ini penuh dengan tantangan, dia masih memiliki mimpi untuk bisa keluar dari situasi ini dan memulai hidup baru. “Aku pengen banget bisa kerja di tempat yang lebih baik. Aku pengen punya hidup yang lebih normal, jauh dari semua ini,” katanya penuh harap.
Dia juga berencana untuk menambah keterampilan dan pendidikan agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan. “Aku lagi coba cari-cari kursus atau pelatihan yang bisa aku ikutin, biar aku punya kesempatan buat kerja di bidang lain,” tambahnya. Meski hidupnya saat ini terasa berat, wanita ini tidak kehilangan harapan. Dia terus berusaha untuk memperbaiki hidupnya, sedikit demi sedikit, sambil berharap bisa menemukan jalan keluar dari dunia yang sudah menjeratnya selama ini.
Nikmatnya Basah Diranjang Klik Disini :
Leave a Reply