Ditilang Polwan, Denda Maksiat

 Suatu hari, saya sedang mengendarai mobil rumah sakit untuk menjemput ayahku

Ditilang Polwan, Denda Maksiat Karena terburu-buru, aku lupa mengenakan sabuk pengaman. Tiba-tiba, sebuah mobil polisi muncul di depanku, memotong jalan dengan cepat. Aku kaget dan hampir saja menabraknya! Refleks, aku menginjak rem dengan keras, menyebabkan tubuhku terlempar ke depan. Untungnya, saya hanya mengalami memar ringan.

Saat aku masih sedikit pusing, kulihat pintu mobil polisi itu terbuka. Namun, ada sesuatu yang aneh—di hadapanku tampak seperti kaki wanita, putih mulus dan jenjang, tepat di depan wajahku. Perlahan, aku mendongak. Betapa terkejutnya aku saat melihat seorang polisi wanita berdiri di sana, bernama “Dian,” tertulis di dada kirinya. Dia sangat cantik, dengan postur tubuh yang proporsional, hingga bersantai sejenak.

Namun tiba-tiba, “Plaaakkk…!” sebuah pendaratan mendarat di pipiku.

“Halo, apa yang kamu lihat? Ayo serahkan SIM dan STNK sekarang!” bentaknya tegas.

Ditilang Polwan, Denda Maksiat
Ditilang Polwan, Denda Maksiat

Kaget, aku langsung mengambil dompet, mengeluarkan SIM dan STNK, dan menyerahkannya. Saat dia memeriksa surat-suratku, aku kembali terpana melihatnya. Usianya mungkin sekitar 27 tahun, seumuran denganku.

Samar-samar, aku melihat ada wanita lain di dalam mobil polisi, seumuran dengan Letnan Dian. Kakinya putih, meskipun tak semulus kaki Letnan Dian. Tanpa kusadari, Letnan Dian mengambil sesuatu dari dalam mobil, kemudian berjalan ke depan mobilku dan membungkuk untuk menulis sesuatu. Dalam posisi itu, tubuhnya yang proporsional kembali membuatku terpana, hingga tanpa sadar, tubuhku memberikan respons.

Setelah itu, Letnan Dian berdiri tegak dan berkata, “Saudara Bima, Anda dikenai tilang karena tidak memakai sabuk pengaman dan melampaui batas kecepatan maksimal. Sidang akan dilaksanakan besok lusa, jangan lupa untuk hadir.”

Aku segera menanggapi, “Tapi, Bu, besok lusa saya tidak bisa hadir karena harus mengantar orang tua saya ke dokter. Bisakah masalah ini diselesaikan dengan cara lain?”

Dia menatapku sejenak dan bertanya, “Apakah kamu membawa uang?”

Dengan gugup, aku menjawab, “Maaf, Bu, saya tidak membawa uang.”

Dia mengangguk sedikit, lalu berkata

“Baiklah, kalau begitu SIM-mu akan saya tahan sementara. Tapi, malam ini kamu harus datang ke rumah saya, dan ingat, kamu harus datang sendiri. Ini alamat saya. Jangan lupa, aku tunggu jam 20:00.”

Dia pergi sambil mengedipkan mata padaku. Aku merasa kaget tapi juga senang. Tepat jam 19:30, aku tiba di rumahnya dan mengetuk pintu pagar yang terkunci. Tak lama kemudian, Letnan Dian muncul dari dalam rumah.

“Ayo, Bima, masuk. Aku sudah lama menunggu sampai rasanya duduk terus bikin punggungku berkeringat,” sapanya sambil tersenyum.

Aku tertawa kecil, “Ibu bisa saja…”

Dia balas tersenyum dan berkata, “Maaf, pagarnya sudah aku gembok, soalnya aku tinggal sendiri, jadi harus hati-hati.”

“Oh, jadi Ibu belum menikah? Sayang sekali wanita secantik Ibu ini belum menikah,” kataku menggoda.

Dia tersenyum dan membalas, “Kamu sedang merayu, ya?”

Aku tersenyum gugup. “Enggak, Bu. Saya berkata begitu karena memang kenyataannya begitu. Ibu itu sudah mapan, cantik luar-dalam, dan punya banyak kelebihan lain,” jawabku.

Dian mengerutkan keningnya, “Cantik luar-dalam? Apa maksudnya?”

Wajahku memerah. “Waduh, gimana ya, malu jadinya…”

Dia tersenyum tipis. “Kamu nggak perlu malu. Mau SIM-mu kembali, kan?” ujarnya dengan nada mengancam.

Aku mengangguk. Dia kemudian bertanya

“Sekarang, kamu punya pacar, kan? Kalau aku tanya, kenapa kamu memilih dia jadi pacarmu?”

“Jujur aja, Bu. Dia itu cantik, baik, setia, dan sayang sama saya.”

“Kalau disuruh memilih antara aku dan pacarmu, siapa yang kamu pilih? Dari segi fisik, coba bandingkan.”

Aku terdiam bingung. “Ee… anu… anu…”

Dia melipat tangan di dada. “Ayo, jawab. Kalau nggak, SIM-mu nggak kukembalikan,” ancamnya lagi.

Aku menghela napas. “Baiklah, Bu. Saya akan jawab. Sejujurnya, saya tetap memilih pacar saya, walaupun sebenarnya dari segi fisik, Ibu lebih unggul.”

Dia tersenyum senang. “Oh, jadi aku lebih cantik dan menarik ya?”

Dengan tegas aku menjawab, “Iya.”

Dian terlihat senang. “Wah, jawabanmu tadi bikin aku tersanjung,” katanya sambil terkekeh. “Oh iya, tunggu di ruang tengah ya. Aku ambilkan SIM-mu di kamar.”

Aku menuju ruang tengah dan duduk sambil menyalakan TV

Mataku tertuju pada tumpukan DVD di atas meja. Saat aku memperhatikannya, tiba-tiba Dian muncul dari kamarnya dengan mengenakan daster kuning yang sedikit transparan, membuat tubuhnya terlihat jelas di balik kain tipis itu. Wajahku memerah melihatnya.

“Ini, SIM-mu,” katanya sambil mendekat dan duduk di sebelahku. Wajahku makin panas saat menyadari tatapan lembutnya. Dia tersenyum dan menyodorkan SIM-ku. “Tapi kamu harus menolongku, ya,” ujarnya dengan nada manja sambil menyandarkan tubuhnya lebih dekat ke arahku.

“Bu, apa maksudnya?” tanyaku, merasa gugup.

Dian menyentuh tanganku dan menatapku dalam-dalam. “Tolong jaga rahasia ini, oke?” bisiknya pelan.

“Tapi, Bu… saya…”

Dian tersenyum penuh arti. “Sekarang kamu mau pilih disidang atau…” Dia menggantungkan kata-katanya sambil duduk lebih dekat.

Seketika, dia mendekatkan wajahnya dan tanpa ragu, dia menciumku. Aku tertegun dan tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Dian kemudian berdiri dan menatapku dengan pandangan menggoda, sambil perlahan-lahan melonggarkan daster yang dipakainya.

“Ayo, jangan malu. Ini kesempatan yang tidak akan datang dua kali,” katanya lembut. Wajahku memerah karena terkejut dan bingung, tapi aku tidak bisa mengalihkan pandangan.

Dian membaringkan dirinya di karpet dan tersenyum. “Cepatlah, aku menunggu,” ucapnya lirih sambil tersenyum menggoda.

Aku tersentak sadar dan mengangguk perlahan

Dengan gemetar aku meletakkan tanganku di dada lbu Lilis yang turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara lbu Lilis yang super montok itu. “Oohhh… enakk.., ohhh… remas pelan- pelan,rasakan putingnya menegang..” desahnya. Dengan semangat aku melakukan apa yang dia katakan. Lama- lama aku jadi tidak tahan, lalu,”lbu.. boleh Saya hisap susu lbu.?” Ibu Dian tersenyum mendengar pertanyaanku. Dia berkata sambil menunduk,”Boleh Sayang… lakukan apa yang Kamu suka..”Tubuh Lilis menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yang sekarang mulai garangitu di susunya. “Oohhh… jilat terus Bim..! Ohhh…” desah lbu Dian sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke payudaranya. Aku lama-lama semakin buas menjilati puting susunya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapanku semakin keras bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yang ohhh. “Mmm… nakal Kamu…” lbu Dian tersenyum merasakan tingkahku yang semakin “menggila” itu.

Lalu aku duduk di antara kedua kaki lbu Dian yang telah terbuka lebar, sepertinya sudah siap tempur. lbu Dian kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangya. “Ayo, sekarang Kamu rasakan memekku..!”ia membimbing telunjukku memasuki liang senggamanya. “Hangat lembab, sempit sekali Bu…” kataku sambil mengucek kedalaman liang kenikmatannya. “Sekarang jilat ‘kontol kecil-ku..!” katanya.

Pelan-pelan lidahku mulai menjilat klitoris yang mulai menyembul tinggi sekali itu

“Terus.. ooohhh.. ya. jilat..jilat. Terus.. ohhh…” lbu Dian menggerinjal-gerinjal keenakan ketika kelentitnya dijilat oleh mulutku yang mulai asyik dengan tugasnya. “Gimana.., enak ya Bu..?” aku tersenyum sambil terus menjilat.

ISOTOTO : Platform Game Online Aman dan Terpercaya
ISOTOTO : Platform Game Online Aman dan Terpercaya

“Oohh.. Soonnn…” tubuh lbu Dian telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan. Lidahku semakin berani mempermainkan kelentit lbu Dian yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanannya akan segera jebol bola. Lalu,”0ooaaahhh…Bima..!” Tangan lbu Dian mencengkeram pundakku yang kokoh bagaikan tembok raksasa. Sementara tubuhnya menegang dan otot- otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratiah ‘ahar’lbu Dian di mulutku. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah kuberikan. “Hmmm… Kamu sungguh lihai Soonnn… Sekarang coba gantian Kamu yang berbaring…” katanya. Aku menurut saja,Batang kejantananku segera menegangketika merasakan tangan lembut lbu Dian yang mulai mempermainkan senjata keperkasaanku.”Wah.. wahh… besar sekali. Oh my god… Ohhh…besar sekali barangmu Bim….

Tangan lbu Dian segera mengusap-usap batang keperkasaanku

yang telah mengeras tersebut. Segera saja benda besar dan panjang itu mulai berdenyut-denyut dan dimasukkan ke mulut lbu Dian. Dia segera menjilati batang kemaluanku itu dengan penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya keras-keras hingga aku jadi merintih keenakan.”Ahhh…enakk….banget bu..!” aku tanpa sadar menyodokkan pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku agar makin ke dalam mulut lbu Dian yang telah penuh oleh batang kejantananku.Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan lbu Dian.”Ooohhh Bu.. oohhh.. mulut lbu memang sakt… ohhh.. aku mau keluar … ohhh.”Muncratlah laharku di dalam mulut Ibu Dian yang segera menjilati cairan itu hingga bersih. “Hmmmm… agak asin rasanya Bim punyamu.., tapi enak kok…”Ibu Dian masih tetap menjilati kemaluanku yang masih tegak bagaikan tugu Monas diJakarta.

“Sebentar ya… Aku mau minum dulu..” katanya setelah selesal menjilati batang kejantananku. Ketika lbu Dian sedang membelakangiku sambil menengsak air putih dari kulkas. Aku melihat body yang wuih dan itu ohhh. Pantat yang bulat. Aku memang suka pantat yang bulat dan menantang. Karena aku tidak tahan cuma melihat dari jauh, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu mendekapnya dari belakang.”Bimm.. jangan nakal dong biar lbu minum dulu..!” katanya manja. “Aku tidak tahan melihat pantat ibu yang bulat dan menantang itu.” kataku tak sabaran.”Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu tentu mau kalau nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-abok bagaimana Bim..?Mau ngobok- ngobok pantat lbu?” tanyanya. Aku terima tantangannya.”Ohhh… memang benar- benar wuihhh…” aku berkata sambil mengelus-elus pantat lbu Dian.

Lalu aku jongkok agar dapat jelas melihat, kusentuh lembut pantat itu dengan tanganku

Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu kubuka belahan pantat itu. Ohhh.., terhampar pemandangan indah dengan bau yang khas. lubang yang sempit, lebih sempit dari yang di depan dan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yanglumayan lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke lubang yang sempit itu. Waktu aku coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar jeritan kecil lbu Dian. “Bim.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho..”Lalu aku mulai memasukkan step by step. Waktu jariku menembus lubang itu sepertinya tanganku mau disedot masuk ke dalam. “Lubang lbu nakal juga ya, masa jariku mau dimakan juga..?”Akhhh… Kamu nakal dech… ohhh Bim.. coba sekarang Kamu jilat ya.?” pintanya. Lalu kutarik jariku dari dalam lubang itu, lalu aku mulai menjilati lubang itu ehhmm… lumayan juga rasanya,asin-asin gurih.

Sementara itu, lbu Dian terdengar merintih keenakan.Lama-lama aku tidak sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, aku langsung membalikkan badannya. Terus kulahap gundukan-aundukan daging di dada lbu Dian dengan nikmat. Sementara itu. lbu Dian mula mendesah-desah dan menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan- goyangan lidahku yang terus menjilati puting susu lbu Dian yang tinggi dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu Dian menggerinjal-gerinjal dengan keras.”Aaahh..uuuhhh… uuuhhh…” desahan- desahan kenikmatan semakin banyak bermunculan dari mulut Ibu Dian. Geliat- geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena merasa sensasi yang luar biasa akibat sentuhan-sentuhan mulut dan lidahku pada ujung syarafsensitif di payudaranya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi dengan jelas seluruh permukaan payudara yang super montok itu. Masih dengan mulutku yang tetap berpetualang di dada lbu Dian yang juga masih menggelinjang, aku membopong lbu Dian ke kamar. Kujatuhkan tubuh lbu Dian di atas kasur spring bed yang sangat empuk.

Saking keras jatuhnya, tubuhnya yang aduhai itu sempat terlontar-lontar sedikit sebelum akhirnya tergolek pasrah di atas ranjang itu

Setelah itu,lbu Dian tetelentang di kasur dengan kaki- kakinya yang jenjang terjulur ke lantai. Tubuh bugilnya yang putih dan mulus beserta payudara yang montok dengan puting susu nan tinggi yang teronggok kokoh di dadanya, memang sebuah pemandangan yang amat menawan hati. Lalu aku berlutut di lantal menghadap selangkangan lbu Dian. Kurenggangkan kedua kakinya yang menjejak di lantai. Dengan begitu aku dapat memandang langsung ke arah selangkangannya itu.Bulu-bulu kemaluan yang tumbuh di padang rumput tipis yang menghiasi wilayah sensitifitu begitu menggelora nafsu birahiku.

Aromanya yang segar dan harum membuat nafsuku itu kian meninggi. Kudekatkan mulutku ke bibir vaginanya dan kujulurkan lidahku untuk mencicipi lezatnya lubang itu.Tubuh lbu Dian terlonjak keras ketika kucucukkan lidahku ke dalam liang genggamanya. Kukorek-korek seluruh permukaan lorong yang gelap itu. Begitu hebat rangsangan yang kubuat pada dinding lorong kenikmatan tersebut, membuat air bah segera datang membanjirinya.”Ooohhh… uuuhhh… aaahhh…’

Terdengar rintihan lbu Dian dari mulutnya yang megap-megap setengah membuka. Kemudian aku berdiri. Dengan tangan bertumpu ke atas kasur, kucoba mengarahkan ujung penisku ke lubang vagina yang lumayan sempit yang tampak licin dan basah milik lbu Dian. Berhasil. Perlahan-lahan kuhujamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggama itu. Tubuh lbu Dian berkejat-kejat dibuatnya merasakan nikmat penetrasi yang sedang kulakukan saat ini.”Aaahhh…ooohhh…” tak ayal jeritan-jeritan mengalir dari mulutnya. Akhirnya batang keperkasaanku amblas semua ke dalam liang gelap yang berdenyut-denyut milik lbu Dian diiringi dengan jeritannya. Kenikmatan ini kian bertambah menjadi-jadi setelah aku melakukan penetrasi lebih dalam dan intensif lagi. Gerakan memompa dari batang kejantananku di dalam kemaluan lbu Dian semakin kupercepat.

Terdengar suara kecipak-kecipak dan lenguhan kami berdua karena terlalu asyiknya kami bersenggama

Seiring dengan tangan yang kembali meremas- remas perbukitan indah yang menjulang tinggi di dada lbu Dian, batang kejantananku terus melakukan serangan-serangan yang tanpa henti di dalam lubang senggamanyayang bertambah kencang denyutan-denyutannya.Vagina memerah yang terus berdenyut-denyut dan amat licin akibat begitu membanjirnya cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalamnya, terasa menjepit batang kejantananku. Demikian sempitnya ruang gerak penisku di dalam lorong gelap itu menjadikan gesekan-gesekan yang terjadi begitu mengasyikkan. Ini merupakan sensasi sendiri bagiku yang merasakan batang keperkasaanku seperti merasa diurut-urut oleh seluruh permukaan dinding vaginanya.Mulutku pun tak henti-hentinya menyuarakan desahan-desahan kenikmatan tanpa bisa dihalangi lagi.”Oiiihhh… Bim… ohhh…lbu Dian menjerit-jerit tidak karuan,sementara tubuhnya juga melonjak-lonjak dengan keras.

Sekuat tenaga kuhujam-hujam penisku dengan lebih ganas lagi ke dalam liang senggamanya. Rasanya hampir habis tenaga dan nafasku dibuatnya. Tetapi nafsu birahi yang begitu menggelora tampaknya membuatku lupa pada kelelahanku itu.Ini dibuktikan dengan sodokan kejantananku yang berusaha menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan berkali-kali ujung batang kejantananku sampai menyentuh pangkal liang tersebut, membuat lbu Dian menjerit keenakan. “Bimmm… Bimaaa… Aku.. mau.. keluar…” lbu Dian melenguh kencang.la merasakan sudah
tidak bisa menahan klimaksnya lagl. Akan tetapi, aku belum merasakan klimaks sedikit pun. Langsung kutambah kecepatan genjotan-genjotan batang kejantananku di dalam liang senggamanya. Begitu buasnya sodokan-sodokanku itu, membuat tubuh lbu Dian bergoyang.goyang hebat, dia merintih… merintih… dan merintih.

Akhimya saat yang diharapkan itu tercapai

Aku melenguh panjang merasakan laharku muncrat, menyusul lbu Dian yang sudah teriebih dahulu memperoleh orgasmenya. Begitu nikmatnya orgasme yang kurasakan itu sehingga membuat laharku bagaikan air bah menerjang masuk ke dalam liang senggama Ibu Dian.Kami berdua mengejang kencang saat titik-titik puncak itu tercapai. Tapi kenapa batang kejantananku tidak mau istirahat, dan masih terlihat perkasa. Dengan segera aku berlutut di atas ranjang. Kuminta lbu Dian untuk berlutut juga membelakangiku dengan tangan bertumpu di kasur, jadi dalam posisi doggy style.

Kemudian Bu Dian kudorong sedikit ke depan, sehingga pantatnya agak naik ke atas, yang lebih memudahkan batang kejantananku untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang senggamanya. Memuaskan Birahi Polwan Cantik – Setelah itu langsung kusodok kemaluan yang sekarang sudah terlihat agak merekah itu dengan batang keperkasaanku dari belakang.Tubuh lbu Dian terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan akibat kerasnya sodokanku itu, sementara mulutnya menjerit keenakan. Dalam sekejap. senjata-ku itu seluruhnya ditelan oleh vagina itu dan langsungmenjepitnya.

Jepitan liang senggama lbu Dian yang berdenyut-denyut menambah gairah birahiku yang memang sudah menggelora

Dengan cepat, kutarik kejantananku sampai hampir keluar dari dalam liang senggamanya, lalu kutusukkan kembali dengan cepat. Kemudian kutarik dan kusodok lagi seterusnya berulang- ulang tanpa henti. Doronganku yang keras ditambah dengan sensasi kenikmatan yang luar biasa membuat lbu Dian beberapa kali nyaris terjerembab. Namun itu tidak menjadi masalah sama sekali. Bahkan sebaliknya, membuat permainan kami berdua menjadi kian panas. Lalu.”Aah… ah… ah… ah…” nafasku terengah-engah. Kurasakan sekujur tubuhku mulai kehabisan tenaga. Tenagaku sudah begitu terkuras, tetapi aku belum mau berputus asa. Kucoba mengeluarkan sisa-sisa tenaga yang masih ada semampuku. Dengan sedikit mengejang. kugenjot batang kejantananku kembali ke dalam lubang kenikmatannya sekuat-kuatnya. lbu Dian pun tidak mau kalah, dia maju-mundurkan tubuhnya dengan ganasnya.

Akhirnya, lbu Dian melenguh panjang,muncratiah lahar-nya, disusul beberapa detik kemudian oleh kemaluanku. Lalu dengan cepat kukeluarkan penisku dari dalam lubang kenikmatan lbu Dian dan langsungjatuh terkapar di kasur. Kemudian, lbu Dian langsung meraih batang kejantananku itu dan dimasukkan ke dalam mulutnya. lbu Dian mengocok penisku itu di dalam mulutnya yang memang agak kecil. Namun lbu Dian berhasil melumat batang keperkasaanku dengan nikmatnya. Gesekan-gesekan yang terjadi antara kulit kemaluanku yang sensitif dengan mulut lbu Dian yang basah dan licin ditambah dengan gigitan-gigitan kecil yang dilakukan oleh giginya yang putih membuat aku tidak dapat menahan diri lagi. Muncratan-muncratan lahar kenikmatan yang keluar begitu banyaknya dari batang keperkasaanku langsung ditelan seluruhnya hampir tanpa sisa oleh lbu Dian.

Sebagian meleleh keluar dari mulut dan jatuh membasahi kasur

Belum puas sampai disitu, ia masih menjilat sekujur batang kejantananku sampai bersih total seperti sediakala. Bukan utama! Lalu kami berdua tergolek di atas tempat tidur dengan tubuh telanjangyang dibuat
oleh keringat dan lahar kami. Kemudian aku tertidur. Setelah aku terbangun kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan kulihat Bu Dian sudah tidak disampingku. Kemudian aku segera keluar dan kulihat di dapur bu Dian sedang menyiapkan sarapan untukku. Segera saja kupeluk dari belakang dan kucium cium. Bu Dian kemudian berkata” Bima makasih ya semalem ibu puas banget, sering sering main ke sini ya ” pintanya dengan penuh manja.

” lya bu, aku akan sering sering ke sini nanti “jawabku.Setelah sarapan selesai Bu Dian memberikan SIM dan Aku memaksa pulang menuju rumah dengan mobilku. Dan hari hari selanjutnya aku semakin sering berkunjung ke rumah Bu Dian untuk sekedar melampiaskan nafsu kami berdua. Contohnya lah Kisah Seru Ditilang Polwan, Denda Maksiat.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *