Namaku Tina …
Jual Peraw4n Demi BlackBerry Usiaku 16 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta terkenal di Surabaya. Sudah hampir setahun ini seumur hidup penuh berisi kesenangan-kesenangan yang pembohong. Dugem, ineks dan seks bebas. Sampai akhirnya aku terjerumus ke ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam ketidak pastian. Aku bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana arah dan tujuanku. Apa yang selama ini kulakukan tidak memberikan kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini? Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dengan narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang twaku sayang aku. Andrew pacarku dengan setia berada disisiku.

Dan dia selalu datang untuk menghibur dan menemaniku. Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang utama ke rumah untuk mengerjakan tugas atau sekadar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang.Aku pemalu dan mudah merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestas dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar.
Pokoknya beda banget …
Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi. Aku masih ingat saat-saat terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada satu titik yang menekan bahwa itu adalah saat terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh. Tidak ada kata yangterucap, hanya terdengar sedu sedan lirih dari mulutku.
Orang tuanya bahkan merasa disungkan pada orang tuaku dan berusaha menghiburku dengan berkata bahwa Andrew akan sering pulang ke Indonesia untuk menemuiku. Orang tuaku pun tak mau kalah, berjanji akan menyekolahkanku ke Amerika selepas SMA. Kata orang, cinta akan lebih terasa saat dipisahkankan oleh jarak. Aku tak sabar untuk membuka email setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas rinduku akan terdengar. Setiap malam menjelang tidur, aku selalu melihat foto kami berdua dan tak lupa mendoakannya.
Namun kini, Andrew tak lagi mau memandangku. Teman-temannya melaporkan bahwa mereka sering melihatku di diskotik bersama lelaki lain, menjadikannya murka dan tak lagi percaya padaku. Dia menghakimiku, sementara aku hanya bisa menangis dan berjanji untuk menghentikan semua perbuatanku. Tetapi apalah dayaku di belahan dunia yang lain. Andrew tak bisa melihat kesungguhan usahaku memperbaiki diri.
Dengan suara tegas, dia memintaku untuk mengakhiri hubungan kami …
meskipun aku menangis dan memohon di telepon. Dia tetap tak bergeming, tak mau mengampuni kesalahanku. Aku menyadari bahwa semua ini memang salahku. Tetapi apakah saya tidak mampu memperbaiki kesalahan? Bukankah semua orang pernah khilaf? Apakah sama sekali tak ada ampun di suatu tempat?
Dulu, dia selalu mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, dia akan tetap mencintaiku, akan selalu menjagaku, dan bahwa cintanya akan semakin besar dari hari ke hari. Ternyata, semua itu hanya bohong belaka! Kini, saya merasa menjadi seorang wanita bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya hubunganku dengan Andrew yang hancur, tapi juga kehidupan yang terasa berantakan.
Hubunganku dengan ayah dan ibuku pun memburuk. Mereka sudah lelah menghadapi diriku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusirku jika terus-terusan seperti ini. Aku mulai sering membolos sekolah, dan prestasiku semakin menurun setiap harinya. Aku kehilangan minat untuk belajar dan tidak lagi peduli pada ranking di sekolah.
Hubungan sosialku dengan teman-teman sekolah juga semakin buruk …
Aku malas bergaul dan takut mereka akan mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut tingkah lakuku akan tersebar, dan aku mulai merasa paranoid. Sehingga aku menjadi mudah curiga terhadap semua orang, sulit tidur, dan sering melamun. Mimpi buruk semakin sering datang, hingga aku sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama, aku merasa seperti akan kehilangan akal sehat!
Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan segera meninggalkan dunia gemerlap yang sudah setahun ini mengikatku. Tapi, aku terperangkap di dalamnya! Semua ini karena “ineks” – pil setan itu! Tubuhku semakin kurus, mataku cekung dengan lingkaran hitam di bawahnya. Aku bahkan tidak mengenali wajahku sendiri saat bercermin. Mamaku mulai mengecapku sebagai “wanita nakal.” Yah, aku memang telah menjadi wanita nakal.
Aku sudah menyerahkan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Sangat malu aku pada diriku sendiri dan pada orang tuaku. Aku bukan lagi Tina yang dulu. Bukan lagi Tina yang selalu berprestasi di sekolah, membanggakan orang tua, rajin ke gereja, lugu, dan jujur. Semua itu telah berubah.
Malam itu, entah sudah malam keberapa, aku ke diskotik lagi bersama Martin. Setelah triping gila-gilaan dengan teman-teman, aku pulang bersama Martin. Sebenarnya aku malas pulang karena masih dalam keadaan “on” berat. Gara-gara ada bandar besar dari Jakarta yang datang, semua orang kebanyakan ineks. Tubuhku terus bergetar tanpa henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan. Aku memeluk lengan Martin erat-erat, seolah takut kehilangannya.
Martin mengajakku berputar keliling kota …
mungkin karena kasihan melihatku yang masih “on” berat. Aku senang-senang saja, memutar lagu-lagu house music keras-keras, meski tahu itu berisiko. Tak sampai lima menit, irama house music dan dinginnya AC membuatku “on” lagi! Aku mulai menggoyangkan tubuh, kepala, dan tanganku di bangku sebelah, menikmati triping di dalam mobil yang melaju membelah kota. Martin hanya tertawa melihatku.
“Untung kaca film mobilku gelap, jadi aku nggak perlu takut orang-orang lihat tingkahmu!” katanya.
Saat itu, aku tidak peduli lagi dilihat orang, polisi, hansip, atau siapa pun juga. Lagi pula, ini masih jam tiga pagi. Setelah setengah jam berputar-putar kota, kami sampai di sekitar rumah Martin. Dia menyarankan agar aku melanjutkan triping di rumahnya, karena terlalu berisiko di jalanan. Jika sial, kami bisa saja tertangkap polisi.
Di rumahnya, Martin langsung membawaku ke kamarnya. Setelah meletakkan kunci mobil, dia menyalakan AC dan memutar lagu house music untukku. Dia benar-benar ingin membuatku tetap “on” hingga pagi! Dengan semangat, aku meraih remote AC dari tangannya dan mengatur suhu ke yang paling rendah. Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutariktangannya dan kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya.
Kusambar sebotol Martell V5OP dan kupaksa dia minum …
Mulanya Martin menolak dengan alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya dengan manja. “Kalau kamu mau nemenin aku tripinng,. hari ini aku jadi milikmu. Milikku sepenuhnya..? Ehm… I love it!” Balas Martin nakal. “Ya..ehm… jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya. Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya dengan menciumileher dan bahunya.
Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya. Lama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi buah dadaku dengan ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua. Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar. “Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya. Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung.
Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku seakan-akan melarangnya untuk melihat …
Sedetik kemudian dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian dia menjilat puting kiriku sekilas.
Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Saat itu aku merasa detik-detik penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran.Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya. Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dengan mulut dan lidahnya yang hangat. Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti.
Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat. Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan dengan penisnya.
Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya …
Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yang memenuhi ruangan. Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dengan ganas. Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat sambil melihat aku yang sudah terangsang berat. “Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata. “Hehehe..” Desisnya pelan. Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku.
Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya. Martin menciumi sisi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku
dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali. Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dengan tekanan yang kurasakan.
Martin memang hebat …
Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Akujadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..”Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum. Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dengan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?””Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah. ‘Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine?” lanjutnya.
“Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa saat. Kemudian Martin mengakhirinya dengan berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku. Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit karenanya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyl berkecipak di kemaluanku. Rasa gell yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu karena pengaruh ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu.
Kami break sebentar …
Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat karena cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnyayang keras. “Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok ngeak tahu?” tanyaku. “Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya. Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya.
Aku juga merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku. Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangrangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman.Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya pertahananku runtuh!Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke
vaginaku.Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku.
Namun aku mencegahnya …
Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi.Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dengan kukujariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku sesaat menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku. Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli.
Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin.”Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu. aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.Mendengar perkataanku sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresl. Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan damai. Martin, aku sayang padamu. aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa akhir.Martin mulai mengerakkan penisnya keluar masuk vaginaku.
Mulanya perlahan …
lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku, Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membuatku tak berdaya.Malam itu aku orgasme empat kall. Martin menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku. Aku jugaterkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata oreasme saat MLjauh lebih nikmat daripada dengan oral seks. Sungguh berbeda..Setelah terkapar beberapa saat, Martin membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya.Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dia membasuh tubuhku dengan air hangat dan membersihkan kemaluanku. Kemudlan setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.
Besoknya saat aku bangun.

Martin sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam setelah pakai ineks dan minum minuman beralkohol. Setelah ingat semua, dengan lungiai aku bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba dan kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dengan cowog yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Saat dia kehilangan keperawanannya pertama kali, dia menangis menjadi-jadi semalaman. Namun sekarang dia sudah biasa dan malah sering making love. Aku teringat saat Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin agar jangan macam-macam padaku.
Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal kehidupan malam sampai saat ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku …
Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!Aku ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalag| saat aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku. pada kakakku, pada seluruh keluargaku! Kemudian aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah tidak utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri!
Aku benci semua orang! Kemudian aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi. Setelah bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi dan mengenakan pakalan. Kuambil ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku minta dia menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi dan berjanji akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00. Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk saat kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya. “Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil!
Dasar hidung belang pikirkujengkel …
Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kuslapkan wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia harus tahu kalau aku marah! Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak menghadapi aku. Dia diam saja saat aku mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara dan bercerita kalau dia bangun kesiangan sehingga terlambat kerja. Dia pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus kemudian dia mulai memelukku dan mengatakan kalau dia segera pulang karena khawatir aku belum makan atau kesepian di rumah.
Lama-lama aku kasihanjuga padanya …
Dia baik padaku.Sebenarnya yang salah aku.Aku yang memaksanya melakukan itu.
Padahal kemarin dia sudah mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah. aku yang salah. Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair. Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya.”Martin, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!” serangku.”jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut kamu yang nggak mau sama aku karena aku terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok dengan Martin.
Dia begitu dewasa …
Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya?Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang, Martin memelukku erat-erat dan menghiburku. Akujadi makin sayang padanya.Akibat kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu aku sampai orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol! Acara tripping selalu dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami adalah triping sambil
telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil bercumbu.
Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami bersenggama atau melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah benar-benar habis, kami lanjutkan dengan minum minuman keras.Edan..Dua bulan terakhir ini akujarang kontak dengan Martin. Martin sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah besar padaku dan mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita sementara.Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!Entah siapa yang salah! Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku sekarang. Orang luar pada bingung melihat tingkahku. Aku hidup di dalam keluarga yang harmonis. Orang tuaku sayang dan perhatian padaku. Tapi kok bisa aku terjerumus jadi seperti ini?
Hahaha.. memang bodoh apa yang kulakukan. Penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Entah sampai kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini? Demikian lah Kisah Seru Jual Peraw4n Demi BlackBerry.
Leave a Reply