Sebut saja namaku Edi
Sebut saja namaku Edi. Aku akan menceritakan kisahku dengan seorang pramugari.
Kisah ini bermula dari perkenalanku dengan Wina (nama samaran), seorang pramugari di sebuah perusahaan penerbangan nasional. Kejadian ini terjadi saat aku dalam perjalanan panjang dari Jakarta menuju Jayapura. Saat tengah malam itu, aku berusaha keras untuk sekedar memejamkan mata, istirahat sejenak untuk menghilangkan kantuk agar bisa menjalankan tugas kantorku sesampainya di kota tujuan. Meskipun kursi empuk berlapis kulit di kelas bisnis cukup nyaman, namun tak mampu memberikan kenyamanan yang kuinginkan. Bagaimanapun, kursi tersebut dirancang sebagai tempat duduk, bukan tempat untuk berbaring dan tidur.
Aku baru akan terlelap ketika kurasakan guncangan lembut di kursiku. Seseorang duduk menghempaskan dirinya ke kursi kosong di sebelahku. Dengan agak kesal, aku membuka mataku dan bermaksud untuk menegurnya. Namun, pandanganku terhenti pada sosok wajah cantik yang menarik, dengan mata yang meskipun terlihat mengantuk, tetap bening dan indah. Seulas senyum terlihat di bibir mungil yang merah, lalu berkata perlahan,

“Maafkan saya bapak, karena telah mengganggu tidur bapak”.
Sambil tetap memandang dan mengagumi kecantikannya, aku berkata, “Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur kok.” Kami kemudian bersalaman, dan aku mendengar dia menyebutkan namanya, yaitu Wina. Hilang sudah rasa kantukku, terlebih setelah kutahu bahwa Wina adalah sosok wanita yang menyenangkan sebagai teman ngobrol.
Dia bercerita tentang suka dukanya sebagai pramugari udara
Dia bercerita tentang suka dukanya sebagai pramugari udara. Tangan dan tikungan yang lentik seakan menari-nari di udara, menyampaikan cerita. Sesekali aku menyentuhnya, dan tidak sungkan untuk mencubitku bila kuganggu. Diam-diam kupandangi dan kuperhatikan seluruh bagian tubuhnya. Tingginya kuperkirakan sekitar 167 cm, langsing, dan sangat proporsional. Wina memiliki pemandangan kaki yang indah sempurna. Kulitnya yang putih kontras sekali dengan seragam warna birunya. Buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi terlihat kencang dan menantang.
Membayangkan dirinya telentang tanpa pakaian di tempat tidur membuat Penisku bangkit, membesar, dan keras. Pikiran kotorku melayang jauh.
Kebersamaan kami terganggu oleh suara Kapten Pilot yang memberitahukan bahwa pesawat akan mendarat di Biak untuk mengisi bahan bakar dan pergantian kabin awak. Setelah bersalaman dan sedikit basa-basi, Wina menghilang di balik tirai. Aku melanjutkan istirahatku, sampai kemudian dibangunkan oleh pramugari udara lain yang menawarkan sarapan pagi.
Hari-hari selanjutnya di ibukota provinsi paling timur Indonesia itu, saya ditugaskan dengan tugasku sebagai Petugas Sosialisasi salah satu program pemerintah. Sebagai utusan Pusat, saya sering diperlakukan seperti tamu agung, yang perlu dihibur dan memenuhi segala kebutuhannya.
Aku Ditempatkan di Hotel A, yang merupakan hotel terbaik di kota itu
Aku Ditempatkan di Hotel A, yang merupakan hotel terbaik di kota itu. Beberapa tawaran untuk menyediakan teman tidur kutolak secara halus. Aku takut penyakit tertular. Waktu luang di luar tugas kuhabiskan dengan berjalan kaki keliling kota, sebuah kebiasaan yang selalu kulakukan dalam setiap perjalanan untuk lebih mengenal daerah baru.
Kota Jayapura berada langsung di tepi laut dengan udara yang tenang. Pada malam hari, di sepanjang tepi pantai, dapat ditemui warung-warung yang menjual masakan laut, yang langsung digoreng atau dibakar di tempatnya. Nikmat sekali. Di sanalah biasanya kuhabiskan malamku. Di sana pula, pada suatu malam, aku kembali bertemu dengan Wina yang sedang tidak bertugas, bersama dengan dua teman seprofesi.
Wina langsung menawarkan untuk memasak begitu melihatku datang. Sungguh menyenangkan berada di antara tiga gadis cantik, meski dapat dipastikan bahwa kantongku akan terkuras untuk mentraktir mereka semua. Panggilan “Bapak” sewaktu di pesawat berubah menjadi “Mas”, yang membuat malam itu semakin akrab dan hangat. Dari perbincangan, kutahu bahwa mereka menginap di hotel yang sama denganku.
Wina ikutku menikmati malam sambil berjalan kaki
Selesai makan, kami berpisah. Di luar dugaan, Wina ingin ikut denganku menikmati malam sambil berjalan kaki. Satu permintaan yang sangat sulit ditolak. Kamipun berjalan perlahan sambil saling bertukar cerita dan bercanda. Angin pantai membuat Wina kedinginan. Kulepas jaketku, lalu kupasangkan di bahunya. Kuberanikan diri merangkul bahunya, memberikan kehangatan tambahan pada tubuhnya yang hanya dilapisi kaos tipis berwarna merah.
Wina tidak menghindar atau berusaha menolak, malah membalas merangkul pinggangku. Aku bertemu dengan gadis-gadis zaman sekarang. Semakin mudah untuk menjadi sangat akrab, dan menganggap bahwa hubungan antara wanita dan pria adalah hal biasa saja. Tidak ada lagi malu-malu atau sungkan, meskipun masa perkenalan yang relatif singkat. Kami berjalan bagaikan dua kekasih yang sedang bermesraan. Tanganku tersapu oleh ujung rambutnya, dan sesekali kurasakan kepalanya menyandar di bahuku.
Birahiku terpicu, otak kotorku berpikir keras mencari akal untuk membawa ke tempat tidur di kamar hotelku.
Kelaminku mengembang dengan keras, membuatku merasa tidak nyaman
Kelaminku mengembang dengan keras, membuatku merasa tidak nyaman karena terjepit oleh ketatnya celana jeans yang kukenakan. Kami berdua diam seribu bahasa, memberi kesempatan untuk menikmati sentuhan kebersamaan dalam keheningan. Langkah demi langkah kami membawa memasuki lobi hotel. Kuajak Wina ke Coffee Shop untuk menikmati secangkir minuman hangat sambil mendengarkan musik live.
Aku memilih tempat yang agak di pojok, agar tidak terlalu menarik perhatian orang. Kuperhatikan sekeliling; beberapa pasangan tampak asyik berpelukan, sementara beberapa gadis dengan penampilan mencolok duduk sendirian. Mungkin inilah yang disebut kawanku sebagai “Ayam Menado” sebelum keberangkatanku beberapa hari yang lalu.
Tanganku tetap memeluknya, sementara Wina menyandarkan kepalanya di dadaku. Kurasakan kakinya bergoyang perlahan mengikuti irama musik. Wangi membuatku ingin menciumnya. Tapi, apakah dia akan marah?
Apakah dia akan menjadi siku-siku? Sejuta pertanyaan dan kekhawatiran muncul dalam pikiranku. Sementara di sisi lain, otakku masih terus berputar mencari akal untuk membawanya ke kamarku malam ini. Jantungku berdebar keras, sementara kelaminku semakin besar dan keras. Musik dan suasana romantis tempat itu tidak lagi menarik bagi saya. Bagaimana dan bagaimana pertanyaan itu yang terus menerus muncul. Periahan kucium ubun ubun kepalanya sambil berkata “Wina, sudah malam, kita bobok yuk” hanya mengangguk sambil berdiri. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berjalan menuju lift. Tanganku masih merangkul bahunya, meski ia tidak lagi memeluk pinggangku. Kutekan tombol angka 3, untuk menuju lantai dimana kamarku berada. Aku sengaja tidak bertanya di lantai berapa dia tinggal dan diapun diam saja. Wina juga tidak berusaha menekan tombol lain. Dalam hati aku bertanya, jangan biarkan ruangan satu lantai dengan kamarku.
Kupeluk ia dari belakang, sambil sesekali kucium rambut kepalanya
Sambil menyender ke dinding lift, kutarik ia dan kusandarkan membelakangiku. Kupeluk ia dari belakang, sambil sesekali kucium rambut kepalanya. Jantungku berdetak semakin cepat, sementara kelaminku semakin sakit terhimpit celana jeansku yang cukup ketat. Mudah mudahan pantatnya yang tepat menempel ke kelaminku tidak merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Pikiranku masih bertanyatanya, mau? bukan? mau? bukan? sampai kemudian pintu lift terbuka. Sambil terus berada dalam pelukanku, kubimbing dia menuju kamarku. Tidak ada penolakan atau penolakan. Setan yang berada dalam pikiranku menjerit senang.
Malam ini akan terjadi pergumulan birahi yang panas. Dalam hati aku bermaksud memberikan kepuasan yang tidak terbendung padanya, seperti yang biasa kuberikan dalam petualangan petualangan asmaraku. Termasuk pada istriku tercinta. Begitu pintunya terkunci, sambil tetap berdiri kupeluk dan kucium di sekelilingnya dengan lembut meski penuh nafsu. Wina membalasnya dengan tidak kalah ganasnya. Lidah kami bertemu, saling berpagutan dan berhubungan. Kutelusuri geligi dan langit langit mulut dengan lidahku yang cukup panjang, kasar dan hangat. Wina merintih lirih, dan tangan kananku perlahan mengusap dan menelusuri punggung yang masih terbalut pakaianya. Sementara jaketku sudah lama terlempar jatuh. Dari leher, perlahan turun ke bawah, ke arah pinggang mencari ujung kaos, lalu kembali ke atas melalul sisi bagian dalam. Kurasakan kulit punggung sangat halus dan mulus. Klik, Bunyi pengit terlepas oleh mengingat yang sudah sangat berlatih berhasil melepas pengait BRAnya dengan sangat hati hati.
Pinggul rampingnya yang masih terbalut celana jeans terlihat semakin indah dan merangsang
Dengan kedua tangan, perlahan kutarik kaos itu ke atas sampai terlepas sama sekali. Dengan perlahan dan hati hati, kedua dirasakan segera bergerilya menelusuri kedua bahunya, pangkal lengan, berpindah ke pinggang, perut, perlahan ke atas menuju buah dadanya. Sementara itu, kedua tangan telah berhasil membuka Polo Shirt yang kukunakan. Tanganku sudah hampir sampai ke buah dada ketika tibatiba ia mendorongku perlahan. Maaf Mas, Wina pipis dulu ya katanya sambil berjalan membelakangiku menuju kamar mandi. Kuperhatikan kulit bagian belakang yang putih dan mulus, nyaris tanpa cacat. Pinggul rampingnya yang masih terbalut celana jeans terlihat semakin indah dan merangsang. Tidak sabar rasanya untuk segera melumat tubuhnya, membawa mengawang tinggi menuju tingkat kenikmatan yang tidak terkira.
Sementara menunggu, saya sadar bahwa saya belum membersihkan diri. Kebiasaan yang selalu kulakukan sebelum bercinta dengan wanita manapun. Aku selalu menjaga kebersihan, dan berusaha menggunakan wangi wangian beraroma lembut, yang kuyakini dapat meningkatkan gairah wanita. Dari kamar mandi terdengar gemericik air, yang menandakan Wina juga sedang membersihkan dirinya. Ternyata Wina termasuk tipe wanita yang kusukal, selalu membersihkan diri sebelum bercinta. Meski dalam keadaan birahi tinggi, saya tetap merasa terganggu dengan bebauan yang kurang sedap, dari kelamin wanita yang tidak bersih. Kubuka dompetku, lalu kuambil karet pengaman merk terkenal yang selalu kubawa kemanapun aku pergi. Kusisipkan ke bawah bantal tempat tidur, agar mudah dibawa pada saat dibutuhkan nanti.
Wina keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya terbalut handuk
Wina keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya terbalut handuk. Dia benar-benar mau dan bersedia bercinta denganku. Sebentar sayang. Sekarang giliranku untuk membersihkan diri kataku sambil mencium keningnya lalu berjalan ke kamar mandi. Sayup sayup kudengar suara TV yang baru dihidupkan olehnya. Setelah menggosok gigi dan berkumur dengan larutan antiseptik, kubersihkan Penisku dan sekitarnya dengan sabun. Siraman air dingin tidak mampu mengurangi kekerasannya. Penisku tetap mengacung gagah, besar dan berurat Wina sedang duduk di pinggir tempat tidur, saat aku keluar dari kamar mandi, juga hanya dengan terbalut handuk. Kuhampiri dirinya, ia berdiri lalu kami berciuman. Dari mulut tercium aroma obat kumur antiseptik milikku, membuatku semakin terangsang. Tangannya membuka belitan handuk di pinggangku, membuat Penisku terbebas lepas, mengacung besar dan keras.
Minimal genggaman menyentuh pusarku, perutku, lalu perlahan turun ke bawah. Wina mengusap usap rambut Penisku yang cukup lebat, sebelum kemudian mengelus dan menggenggam lembut batang kebanggaanku itu. Jemari tangan yang halus, menimbulkan rasa nikmat yang sangat. Tanpa kusadari, akupun merintih perlahan, lalu kulepas handuk yang melilit di tubuhnya, lalu perlahan tapi pasti kedua merambat perlahan menuju kedua bukit kembarnya yang halus dan putih. Setelah kutelusuri inci demi inci, kuremas lembut, dan kujepit puting susunya dengan jari, lalu kupelintir sambil sesekali kutarik. Kubuka mataku menikmati parasnya yang indah. Matanya tertutup sementara terbuka sedikit, sungguh seksi dan merangsang. Wina melepas ciumannya, lalu perlahan menciumi tubuhku. Dari dagu, leher terus ke dadaku, lalu mengulum dan menggigit perlahan puting kecil di dadaku. Aku hanya mampu mendongak, menikmati sensasi yang tak terkira.
Dengan lidahnya yang hangat, ditelusurinya tubuhku secara perlahan
Dengan lidahnya yang hangat, ditelusurinya tubuhku perlahan turun ke arah perut, menciumi pusar, lalu terus turun. Tidak sabar aku membayangkan kenikmatan apa yang akan kuterima selanjutnya. Perlahan, diciumnya kepala Penisku yang memerah, kemudian dimasukkannya ke mulutnya, sampai menyentuh tenggorokannya. Bukan nikmat utama. Uuuhhhh hhhhh Aaahhhhhhhhh hhhhh desahku merintih nikmat. Perasaan nikmat dan mendesak ingin keluar, kutahan sebisanya. Aku hampir mencapai titik kenikmatan tertinggi dan itu tidak bisa terjadi secepat ini. Harus kuhentikan! Kupegang kepalanya. kemudian kutarik tubuhnya perlahan. Sssss ahhhh nikmat sekali Wina, nikmat sekali kataku sambil kemudian cium nikmatnya. Lidah kami berkait dan bertaut dengan ganas, membuat nafasnya semakin memburu. Sambil tetap berciuman, kubimbing ia menuju tempat tidur.
Kurebahkan tubuhnya, lalu kutindih ia dengan tubuhku. Kulepaskan ciumanku dari ciumanku. Kucium keningnya, kedua matanya, pipinya, dagunya, dan kedua berulang-ulang. Nafasnya semakin memburu, sementara jari kedua meremas rambutku. dengan lidah, kumulai menelusuri tubuhnya melalui leher, perlahan turun menuju bagian dadanya, lalu naik ke puncak bukit indah miliknya. Kukitarik puting susunya, sebelum kukulum dan kuhisap mulut denganku. Sementara itu, tangan kananku yang bebas meremas dan mempermainkan puting susu sebelanya. Wina meracau tidak jelas, sementara kuku jarinya mulai menghunjam kulit kepalaku.Adddduuuuhhhh Mass Aahhhhh ouhhh. Puas bermain di buah dada, kulanjutkan penelusuran semakin ke bawah,menuju itilnya. Aku memposisikan tubuhku di antara kedua kakinya yang terbuka.
Itilnya terlihat basah dan lembab
Itilnya terlihat basah dan lembab. Bulu bulu halus yang tidak terlalu lebat, tertata rapi dan hitam, kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. Dengan jari tengah,kuusap dan kumainkan klitorisnya. Pinggangnya terangkat, membuat tubuhnya melengkung, Perlahan,kuciumi itilnya yang wangi, kujulurkan lidahku, lalu kumainkan klitorisnya. Aku sempat melihat kepala Wina yang terlempar ke kiri dan ke kanan sambil menahan kenikmatan. Jari jemarinya semakin ganas meremas kepalaku. Aauwwwwww Aaahhhhhhyhaaaaa yhaaa yhaaa aaaccchhh hhhh aduhhhh terrrussss terus !! ach ach ach Aaaaaaaaahhh, Kedua pahanya menjepit kuat kepalaku, kemudian lemas. Kutahu Wina telah mencapai puncak kenikmatannya. ltu baru yang pertama sayang, rasakan dan nikmati yang selanjutnya kataku dalam hati. Tidak berlama-lama, dengan perlahan dan sangat hati-hati. Kumasukkan jari tengah tangan kananku ke dalam rongga vaginanya. Tidak ada yang menandakan Wina sudah tidak menjadi peranwan lagi. Tidak kenapa, malah lebih baik pikirku. Aku jadi tidak memperpanjang dosaku memperawani anak orang lagi.

Lalu Kusentuh seluruh dinding rongga yang halus dan hangat itu dengan ujung jariku. Kadang kutekan sedikit keras, membuat nafsu birahinya kembali bangkit. Dengan posisi telapak tangan mengarah ke atas. Kutekuk jariku menyentuh dinding rongga bagian atas. Kulanjutkan penekanan di beberapa tempat, sambil kuperhatikan reaksi tubuhnya. Auwww aduh, Mas, maaf rasanya ingin pipis lagi katanya tibatiba. Sayang ketahanan dan pernafasannya dengan teratur. Aku akan memberikan kenikmatan yang lain. Relaks saja dan nikmati. Kutekantekan jariku berulang ulang pada titik tersebut hingga menyerupai getaran.
Wina sudah sampai ke puncak kenikmatan
Di bagian dada diantara kedua buah dada yang bergoyang, kulihat titik titik keringat bermunculan. Sungguh pemandangan yang seksi dan menggairahkan. Entah berapa lama dalam posisi itu, tiba-tiba saya ingin mencoba posisi yang lain. Kutarik kedua kakinya dan kuletakkan di pundakku.Wina protes, Addduhhh Mas, sssaakkilittt.Keluh Wina tidak terlalu kupedulikan, kupompa terus keluar masuk, berputar, maju mundur, mulanya perlahan lalu semakin cepat. Wina merintih menahan nikmat, Aaaachhhh Yaaa ouhh tttteeerruuussss terusss
Ach Ach Ach Ach AAaahhhhhhhhh. Kurasakan denyutan berulang ulang dari rongga vaginanya. Wina sudah sampai ke puncak kenikmatan. Aku berkonsentrasi merasakan sensasi kenikmatan yang ditimbulkan dengan meluncurkan batang Penisku dengan rongga Vaginanya, kupompa semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat dan disertai erangan panjang.
Aaaaacccchhhhhh kutusukkan Penisku sedalam dalamnya kemudian kusemprotkan cairan kenikmatan sebanyak banyaknya. Akupun ambruk menimpa tubuhnya lalu Wina memelukku dengan erat. Sambil kucium pipinya, aku berkata, Terima Kasih sayang kamu luar biasa sekali. Wina membuka matanya, mencium bibirku lama dan membalas berkata, Sama sama Mas enak sekali Mas ampuuunnn, nikmat sekaliii tapi capek. Wina nggak kuat lagi. Malam itu kami tidur berpelukan sampai pagi. Kami melakukannya lagi di kamar mandi, meski tidak seganas malam sebelumnya. Wina harus segera berangkat menunaikan ditulis sebagai Pramugari Udara, sementara aku masih harus bertugas menjelaskan program pemerintah yang kusosialisasikan. Kami berpisah dan berjanji untuk bertemu lagi. Tapi entah kapan kami akan bertemu kembali.
Selesai.
Leave a Reply